السلامے عليكمے ورحمـﮧ اللّـﮧ وبركاتـﮧ

Monday, June 6, 2011

Berhenti di Tepian Senja

Langit hati yang dulu pernah berseri kini tersaput awan mendung kelabu disaat mentari berlahan jatuh di ufuk barat, menyisahkan aku dan dinginnya angin malam. Aku terduduk disini mencoba mendekap tubuhku sendiri yang kurasa telah mati, tak ada lagi hangat yang tertinggal setelah kepergian hati yang pernah mencintaiku. Hembusan angin tak mampu lagi menyejukkan, alunan melodi tak lagi mampu tuk mengobati, rindu yang menggunung kini menguap entah kemana, mungkin sudah waktunya semua menjadi gelap tak bertepi, di sini tak ada satupun garis lintas batas langit yang bisa ku temukan, semua menjadi gelap.

Belumlah lagi mekar kuncup putik bunga yang kita tanam di kebun kita. Namun langit di ufuk barat kian terlihat gelap menikam didetik malam yang terkapar. Dan teriakanmu telah membangunkan ku kembali dari tidur panjangku. Telah kucoba bicara bersama puisi yang telah beku. Untuk yakinkan mu bahwa keindahan bukan sekedar sajak dusta. Ia akan merasuk penuh menjadi nyawa didalam jiwamu. Prahara adalah bila matamu hanya melihat matahari yang kian meninggi, disaat siang semakin angkuh merangsang, seharusnya kita tidak perlu menanyakan dimana letak kasih sayang. Sebab janji itu hanya sekedar kiasan oleh mu layaknya kebiasaan.

Biarkan kakimu mengalun menjadi melodi sejuk di sore ini, tuk melupakan sejenak cerita silam yang nyaris membunuhmu siang tadi, Berjalan lah sesuai dengan pikiran dan kehidupan mu. Tak perlu lagi ada secuil ruang buatku mengiringi setiap jejak langkahmu, sebab setelah onak dan duri itu kita singkirkan, Tak perlu lagi kau berusaha bermanis rupa pada ku, Tak perlu lagi kau berpura peduli yang tak berkesudahan. Kita telah selesai dan tak ada lagi yang harus ku taklukkan di rintangan hidupmu.

Setiap hari saat matahari berhenti di tepian senja, sejenak aku menatap ke arahnya, dan dalam hati aku bertanya, akankah ini menjadi kebodohanku yang selanjutnya? Tidak sayang!, karena ternyata waktu tak berpengaruh banyak tuk mengalahkan hebatnya sakit yang pernah kau berikan, seperti angin malam ini yang membuatku membeku dalam dingin, membuatku sulit bernafas dan berusaha membuatku tak berdaya dalam kesakitan masa lalu.

Seandainya saja luka ini bisa kau rasakan! Tapi sudahlah, Semoga tidak ada dendam yang lahir setelah kita berseberangan. Tidak pada mu tetapi pada diriku! Jangan lagi maaf itu kau ucapkan, karena sampai kapan pun kau tak akan ada lagi didalam hari-hari ku.

2 komentar:

arickoliz said...

Keren....

zhi cun lee said...

This is a very good article .. Thank you .. have a great day!.! happy blogging ...

Post a Comment