السلامے عليكمے ورحمـﮧ اللّـﮧ وبركاتـﮧ

Sunday, February 6, 2011

Kalasey Menimbun Sejarahnya


"Pantaiku kini berduka,
Terumbu karangku kini berteriak,
Memangil....., mencari......., dimana? akkkhhh.... Dimanakah manusia berada???
Pantaiku menangis karena tersakiti,
Dan kita menangis setelah ia gelontorkan gelombangnya."



Ketakutan ku terjadi, ketika mendengar pantai Kalasey akan di reklamasi, Karena aku selalu percaya, bahwa sebuah perbuatan yang menghasilkan karya, baik itu karya merusak maupun karya yang membangun, akan menjadi preseden untuk perbuatan selanjutnya. :-)


Ini bukan karena masalah spiritualitas, tapi menurut aku ini adalah logis, dimana ketika kita berkarya, kita menemukan level pemikiran utuh pada karya tersebut. Apalagi jika karya itu menjadi sebuah langkah besar hidup kita. Saat karya tersebut terbangun ia akan menjadi bagian dari lingkungan kita. Disadari ataupun tidak kita adalah lingkungan kita.

Bagi masyarakat SULUT pantai Kalasey sudah terlanjur bermakna sejarah. Ini bukan cerita romantis tentang kehadirannya, tetapi lebih kepada keterkaitan terhadap sebuah hajatan besar yang pernah diukirnya. Masih segar dalam ingatan kita ketika pemecahan rekor dunia menyelam massal dalam International Sail Bunaken 2009 di Pantai Kalasey dan Malalayang ini, Di dalam lautnya pernah diadakan upacara bendera, lengkap dengan pengibaran bendera dan pembacaan teks proklamasi, Selain itu pantai Kalasey memang menyimpan biota laut yang sangat eksotik.

Sekedar menengok kebelakang tentang hajatan besar ini, sengingat aku pemerintah pusat memilih Sulut sebagai lokasi Sail Bunaken karena dua alasan. Alasan pertama, Sulut memiliki wisata maritim yang dikenal dunia, yakni Taman Nasional Laut Bunaken dengan keindahan sejuta biota dan jarang dijumpai di daerah lain, alasan kedua, Provinsi Sulut sudah lama dikenal dengan keamanannya karena terbukti sukses menggelar World Ocean Conference (WOC) dengan menghadirkan 75 negara dan sejumlah lembaga dunia. Tapi aku masih yakin para pengambil kebijakan akan tetap konsisten dengan kesepakatan WOC ini dan bukan Sekedar Hanya Slogan pada saat kampanye beberapa waktu yang lalu, karena menurut om Iwan Fals "Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata!!!" :-)

Walaupun secara administratif tidak temasuk dalam wilayah kota Manado tetapi perannya sangat signifikan mempengaruhi ruang kota Manado yang menjadi ibu kota Sulawesi Utara. Sebuah rencana besar, dengan energi besar, kini tengah "mereklamasi" sejarah pantai Kalasey. Yang aku khawatirkan, kerusakan lingkungan tidak lagi menakuti kita, ambisi besar pada akhirnya hanya akan menambah kerusakan ruang kota dan garis pantai dengan merusak biota-biota alami dan berusaha mencari makna keindahan di terumbu karang kepentingan ruang kota kita.

Sebuah gerakan elegan selayaknya dihimpun. Bukan untuk melawan ambisi, tapi mengola ambisi. Ambisi untuk mewadahi ego-ego stakeholder yang menginginkan kenyamanan. Ambisi inilah yang bisa diolah dengan cara cerdas: Menggiring Stakeholder untuk Menghargai Sejarah Pantai Kalasey! :-)

6 komentar:

Alvin J. Tinangon said...

Inilah tantangan anda... Apakah akan BER-Arsitektur atau MENG-Arsitektur.

REKLAMASI Bisa menjadi API SEJARAH, AIR SEJARAH, UDARA SEJARAH...Apa saja yang bisa dijadikan Subjek sejarah. Semuanya ada HITAM_PUTIHnya. Hitam tidak selamanya HARAM... Putih tidak selamanya SUCI, keduanya SALING MEMBUTUHKAN. Hitam tidak ada arti tanpa PUTIH, begitu sebaliknya, keduanya saling mebutuhkan. (Prinsip ke-KONTRASan bukan ke-NORAan)

Jangan mengHAKIMi Arsitektur, jangan menyalahkan DIA...
SALAHkan ber-ARSITEKTUR!
BENARkan meng-ARSITEKTUR

Masih PERCAYAKAH anda dengan ARSITEKTUR?
Kemampuannya, jiwanya, motifnya, luhurnya, caranya...

Masalahnya apa DEVELOPER, STAKE HOLDER, ARSITEK menyadari masalah itu?

alvasondakh said...

ayo bantu saya..
kemungkinan besar, kalau developer tidak berubah pikiran, proyek itu akan saya tangani...

Syaiful Rizal's said...

Terima kasih Sobat, sudah mampir dan ngasih komennya di rumah kertasku...

Jujur saja, sepenuh jiwaku aku masih percaya dengan ARSITEKTUR, walau terkadang terasa berat untuk mempertanggungjawabkan gelar "ngarsitek"-ku pada lingkungan soal reklamasi ini... Kenapa?

Karena, sudah mejadi hukum alam, kegiatan mereklamasi pantai akan menyebabkan penaikan masa air laut dan memicu terjadinya abrasi yang secara perlahan-lahan akan menggeser dan menenggelamkan kawasan sepanjang pantai bukan hanya di kawasan dimana reklamasi itu dilakukan, namun juga dikawasan lain yang dalam satu kesatuan ekosistim alamiahnya...

Ini yang terkadang mengusik naruli "ngarsitek"ku. Sejak di giatkannya kegiatan reklamasi pantai dalam satu dasawarsa ini, dampak kenaikan air laut dan abrasi sangat cepat terasa di kawasan pantai teluk Manado, termasuk di kawasan pemukiman kami yang terletak di pesisir pantai Malalayang...

Dalam kurun waktu tersebut sudah berapa rumah tetangga kami yang hanyut terbawa arus abrasi dan menenggelamkan "sejarah"nya, pantai tempat kami bermain dimasa kecil, tinggal menjadi cerita pengantar tidur anak cucu kami, entah dimana kami bisa mengadu? ah...hidup bukan untuk mengaduh, Pul!!!! tapi, siapa yang akan bertanggung jawab dalam hal ini? DEVELOPER-kah? Para pengambil kebijakan-kah? atau jangan-jangan "Qita" (aku) sebagai ARSITEK yang selalu bertuan kepada PENGUSAHA dan PENGUASA??? :-(

Anonymous said...

qt salut ente pe ide yang idealis cuma torang musti realis inilah Arealteksture...

Syaiful Rizal's said...

thx, sobat :-) ... mungkinkah aku idealis atau kurang realistis? idealis yang bagaimana? apakah idealis itu menyangkut idealisme? apakah idealis itu lawan dari realis? adakah yang salah dengan idealis? maaf yah terlalu banyak menghujani pertanyaan. :-) terkadang kita semakin luas mendefinisikan kata idealis, dari referensi yang aku dapat sangat beragam pengertiannya.

ada yang bilang idealis berasal dari kata ide yang artinya gagasan, mungkin yang dimaksud idealis disini yaitu suatu yang tergagas atau mempunyai gagasan. (Yahoo! Answers)

Bila kita merujuk ke pengertian idealis seperti kata Merriam-Webster Online Dictionary, seseorang yang mengikuti suatu teori atau falsafah (paham) adalah seorang idealis, di mana orang ini akan menjadi idealis yang membawa pemikiran sesuai yang dipahaminya jika bertemu seorang idealis dari ‘idealime’ lain. Tapi ini lebih condong kepada filsafat.

Umumnya kita melihat idealis sebagai seseorang yang melawan mainstream, baik dari pikiran maupun perbuatan sesuai dengan standar "norma dan moral" yang ada. Hingga terkadang orang itu disebut pemimpi dan jauh dari realita yang ada.

Nah, dari pemikiran diatas aku termasuk yang mana sobat? :-) Jika kita merujuk pada pengertian idealisme yang menunjuk kepada ide, maka idealis itu tentu saja tidak harus menjadi beban. Karena merupakan sesuatu yang datang dari diri sendiri. Bukan dari luar sepenuhnya. Tapi kenyataannya memang idealisme selalu dianggap sebagai sesuatu yang ’langitan’ – mengawang-ngawang.

Bila kita telaah pandangan bahwa idealis sebagai seseorang yang melawan mainstream, baik dari pikiran maupun perbuatan sesuai dengan standar "norma dan moral" yang ada, maka kita akan temukan kalo batas antara mimpi dan kenyataan (baca: idealis dan realis) itu sangat tipis, dan ini ditemui dalam keseharian kita. dalam pandangan orang idealis: "berpikir jernih dan bertindak taktis bisa" disamakan dengan pandangan realis "berpikir licik dan bermanuver ‘cantik’." :-)

Aku bukanlah manusia sempurna yang selalu melaksanakan idealisme, kadang harus kembali ke belakang beberapa langkah, untuk kembali melanjutkan perjalanan...semoga idealis tidak lagi dianggap sebagai pemimpi, karena pada hakekatnya setiap insan memiliki idealisme, tidak ada manusia yang tidak memiliki cita-cita, walau serendah apapun cita-cita itu. :-)

Syaiful Rizal's said...

Nambah dikit sobat,...

Terhadap sejarah, kita punya dua pilihan. Terus mengingatnya, mengambil hikmat dari situ dan terbijakkan olehnya. Atau, pilihan kedua, melupakannya, tak mau belajar darinya, dan mengulanginya. Arsitektur, dengan cara yang unik, selalu hadir untuk menawarkan jalan lain: mengingatkan dan merawat akal sehat.

Ketika salah seorang dari dwitunggal proklamator bangsa ini berkata, "Jangan sekali-kali melupakan sejarah!", aku yakin dia bukan ingin minta dirinya dikenang. Sukarno tidak sekerdil itu. Ia mengingatkan pada bangsa ini, sampai kapanpun ada yang lebih berharga untuk dipertahankan.

Post a Comment