
Judul posting kali ini terispirasi dari sebuah sub topik dari buku "Qestions of Perception; Phenomenology of Architecture" ini berhubungan dengan aktifitas saya belakangan ini yang lagi bereksplorasi tentang persepsi arsitektur :-) *Jadi kalo ada masukan dari sohib sekalian tentang topik persepsi arsitektur ini ana mohon dengan sangat untuk berdiskusi via facebook, twitter, email, atau bisa berkomentar dibawah postingan ini, please deh :-) dan mungkin dalam beberapa waktu kedepan blog ini akan banyak membahas tentang persepsi arsitektur.
Cahaya merupakan salah satu ciptaan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang dianugerahkan kepada manusia. Cahaya diciptakan Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan
segala macam kelebihan yang seharusnya disyukuri oleh umat manusia. Salah satu
cara mensyukurinya adalah memanfaatkan nikmat ini dengan sebaik-baiknya.
Beberapa arsitek sangat fokus dengan masalah pencahayaan ini,
seperti halnya beberapa fotografer yang sangat fokus pada komposisi warna. Spirit
persepsi dan kekuatan metafisik arsitektur didorong oleh kualitas cahaya dan
bayangan yang dibentuk oleh solids dan voids terhadap hal-hal yang bersifat
transparan. Kali ini berbekal kamera HP :-) saya mencoba "berdialog" dengan cahaya buatan sebagai objek pengamatan eksplorasi arsitektur.
Reaksi objek terhadap cahaya, dipengaruhi oleh luminance
yang merupakan jumlah cahaya yang dipantulkan oleh objek. Luminance adalah
karakter fisik yang bergantung pada jumlah cahaya yang jatuh pada permukaan
objek dan dipantulkan. Meskipun cahaya adalah suatu respon subyektif, namun
tetap dapat dideskripsikan dengan jumlah luminance yang mengakibatkan perbedaan
yang sesuai terhadap tingkatan cahaya.
Permainan cahaya dan bayangan pada material arsitektur adalah
hal yang sangat fenomenal, karena selalu menghadirkan sensasi dan persepsi yang
berbeda dari orang yang mengamatinya.
Dalam penggunaan lampu penerangan untuk pencahayaan buatan,
pada umumnya ada dua sistem. Pertama adalah pencahayaan umum (direct lighting)
dan pencahayaan setempat (spot lighting). Pemilihan jenis pencahayaan ini
disesuaikan dengan guna aktifitas yang terjadi pada bangunan. Sebuah desain
dapat sepenuhnya menggunakan pencahayaan umum, dapat pula sepenenuhnya
menggunakan pencahayaan setempat dan dapat juga memadukan dua jenis pencahayaan
tersebut. Kolaborasi dan elaborasi yang estetis dalam mengunakan dua tipe
cahaya ini sangat dibutuhkan untuk mendramatisasi nuansa ruang.
Persepsi adalah jendela dunia karena persepsi menghubungkan
kita pada dunia disekeliling kita. Persepsi berbicara bagaimana kita terbangun
dari tidur diwaktu subuh ketika mendengar adzan subuh atau kita terbangun
karena sinar matahari sudah masuk di sela jendela kamar kita, persepsi juga
berbicara bagimana kita mencium parfum, merasakan nikmatnya susu coklat atau
sekedar merasakan hembusan nafas kita sendiri dan detak jantung kita sendiri.
Dengan kata lain, persepsi lahir dari organ indra yang berfungsi sebagai
penghubung antara diri kita dengan dunia luar. Bayangkan seberapa banyak dalam
satu jam saja kita menggunakan organ indera kita untuk memahami dunia, sebanyak
itulah kita mempersepsi tentang dunia.
1 komentar:
Hemhemhemmnn
Post a Comment