السلامے عليكمے ورحمـﮧ اللّـﮧ وبركاتـﮧ

Saturday, May 9, 2009

I Love Pedestrian Movement

Pulang dari selesai menunaikan tugas negara  kurang lebih pukul 19.00 saya dan Henry berjalan kaki dari kawasan Tikala menuju ke pusat kota, tepatnya di kawasan Sentrum. Untuk mencapai tujuan akhir itu kami mengambil rute jalan Jenderal Sudirman, Kami membutuhkan waktu kurang lebih tiga puluh menit untuk menyelesaikan misi ini. Kurang kerjaan, Pul? bisa dibilang begitu, tapi efek sampingnya selain menyehatkan badan kita dapat menikmati pedestrian kota manado yang semakin "cantik" sambil berdiskusi dengan Hendry, otak nakal saya membayangkan seandainya kita berjalan kaki pada waktu siang hari gimana yach? nyaman gak yach?
Kali ini saya ingin mengguratkan sebuah tulisan di blog ini sambil memikirkan tentang pedestrian. Karena saya sama sekali belum merasa nyaman jalan kaki di Manado (atau mungkin dibeberapa kota-kota lainnya). Selain memang cuacanya yang sangat panas, menurut saya Manado juga belum menyediakan pedestrian yang layak. Atau mungkin pemerintah kota Manado belum relah memberikan hak pejalan kaki untuk menikmati trotoar dengan nyaman, padahal saya yakin pejalan kaki itu membayar pajak juga, tapi kenapa pejalan kaki selalu dikesampingkan?

Memang beberapa tahun terakhir ini pemerintah kota sedang giat-giatnya melakukan penanaman pohon peneduh di sepajang koridor kota (semoga niatnya untuk kenyamanan warga kotanya bukan untuk sekedar event WOC dan CTI summit), penertiban kaki lima disepanjang trotoar (khususnya pusat kota). Namun sayang masih banyak trotoar di semenanjung Manado ini yang digunakan untuk tempat parkir kendaraan bermotor atau kalo tidak menjadi pangkalan ojek. Dan belakangan ini trotoar mulai diekpansi dengan dibangunnya beberapa halte bus trans kawanua yang menurut pemerintah kota untuk mengatasi kondisi kota manado yang mulai padat dengan kendaraan bermotor dan lagi-lagi pejalan kaki selalu dikesampingkan dan dijadikan alternatif ke sekian, tanya kenapa?.



Mengurangi kemacetan tidaklah cukup dengan memperlebar jalan raya atau membuat jalur trans kawanua, me-manusia-kan pejalan kaki, itulah yang harus dicermati oleh penentu kebijakan...ketidak-nyamanan sebagai pejalan kaki, itu yang membuat masing-masing individu lebih memilih kenyamanan kendaraan bermesin, daripada terpinggirkan di samping jalan, didera terik, diguyur hujan, yang jelas...pejalan kaki juga manusia, yang butuh ruang nyaman untuk berjalan, beristirahat, bernaung dari terik-hujan, berjalan tanpa merasakan udara penuh polutan...dan yang kadang terlupakan yaitu hak untuk menikmati estetika visual di sepanjang jalan yang dilaluinya... atau mungkin kita lebih bangga dengan secara tekun memproduksi hidrokarbon, karbon monoksida dan karbon dioksida.

Beberapa foto dibawah ini mungkin dapat dijadikan studi kasus untuk perencanaan kota Manado kedepan, hehehehe maaf saya baru bisa study kasusnya lewat internet dulu, soalnya belum bisa seperti para anggota dewan yang terhormat yang study kasusnya langsung terbang keluar negeri :-) upss....

Saya pikir semua orang mau berjalan kaki asalkan pedestriannya seperti ini:
Jenis pohon trambesi yang ditanam di ini persis seperti yang di tanam oleh pemerintah kota Manado, barangkali penempatannya yang beda kalo di Manado pohon ini ditanam mengambil sebagian badan jalan (ditanam di aspal) :-) karena ruang untuk pohon itu sendiri "belum" tersedia.
Semoga kita dapat lebih arif dalam melakukan pengembangan kota dengan memikirkan ruang tumbuh untuk pohon itu sendiri. Meminjam kata-kata bijak seorang teman "Saat terbaik menanam pohon adalah 20 tahun yang lalu, saat terbaik berikutnya adalah SEKARANG" jadi tidak perlu ditunda untuk menanam pohon apalagi dengan sengaja menebang pohon-pohon yang sudah ada di kota kita.
Sebuah pusat perdagangan dengan konsep "Bazaar Street". Dengan konsep seperti ini maka pedestrian yang ada haruslah dibuat nyaman, artistik dan ramah bagi semua pejalan kaki termasuk mereka yang cacat. Saya pikir konsep seperti ini perlu di contoh untuk mengatasi permasalahan kaki lima yang belum terselesaikan sampai sekarang. Semoga kota kita bisa lebih bersahabat dengan pedagang kaki lima. yang perlu digaris bawahi yaitu "konsep yang jelas harus didukung oleh desain yang jelas pula"
Saya bermimpi satu saat nanti kawasan pusat kota kita (pasar 45) bisa seperti ini, Kapan yach?
Saat yang indah bersama teman-teman menikmati pedestriannya Paris Van Java, Bandung...
I'am in Paris  

sambil nyanyikan lagu-nya Louis Armstrong    

I see trees of green........ red roses too
I see em bloom..... for me and for you
And I think to myself....what a wonderful world.
I see skies of blue..... clouds of white
Bright blessed days....dark sacred nights
And I think to myself .....what a wonderful world.
The colors of a rainbow.....so pretty ..in the sky
Are also on the faces.....of people ..going by
I see friends
shaking hands.....sayin.. how do you do
Theyre really sayin......i love you.
I hear babies cry...... I watch them grow
Theyll learn much more.....than Ill never know
And I think to myself .....what a wonderful world
.......Yes I think to myself....... what a wonderful word

Bagaimana dengan kota kita?

10 komentar:

Alvin J. Tinangon said...

Saya bukan se puitis anda: Namun saya akan mencoba:

Saya memulai dari
'Saat yang Terbaik adalah Skarang'
Entah sebuah untaian politis atau egoistis, mungkin MKPD 'saat ini' berada di simpang pedestrian!

Pedestrian yang indah, namun sulit ditebak akhirnya! Terlintas di jari saya...bersapa dengan tuts2 keyboard, dimana kita? dimana arsitek? kearah mana kita?

jangan hanya terlena dengan Pedestrian!
Tidak Perlu kita ber-MKPD! kita harus ber-Arsitektur!

Wah... ternyata saya Tidak Mampu seperti Anda! Mungkin saat ini saya lagi Emosi, lagi TERTEKAN, namun ... satu bait untuk kupersembahkan untuk anda Temanku!

SALUUUT!
Saya nominsikan anda sebagai Arsitek Favorit di Kota Kita!

michaellengkey said...

terima kasih untuk posting anda bro, feels like at home..mizz u manado

URBAN CONCEPT untuk kota manado memang masih amburadul (uncomfortable), issues yang terus berkembang tidak diimbangi dengan perhatian pemerintah kota manado yang selalu "mengurus diri sendiri". Tingkat pertumbuhan kota yang cepat tidak disertai dengan perubahan fisik kota. APAKAH PEMERINTAH KOTA maupun PROPINSI buta atau sengaja membutakan mata terhadap kebijakan untuk kota yang kita cintai dan banggakan ini? Sebagai orang manado, saya malu sekaligus prihatin dengan kondisi infrastruktur kota yang terus mengalami decreasing of quality terlebih untuk menghadapi MANADO KOTA PARIWISATA DUNIA, yang saya pikir tidak cukup waktu untuk me renewable,renovation and rehabilitation walaupun dana untuk itu tersedia,tapi apakah memang masih tersedia atau sudah dimakan "tikus-tikus yang terus kelaparan"? Preseden yang baik banyak untuk diterapkan, kenapa harus malu atau takut...

Semoga MANADO bisa menjadi lebih baik..

michael said...

biar begitu dari saya pengen sekali berkunjung ke menado.dilihat dari foto2 diatas sih kotanya asri banget ....terima kasih infonya

Unknown said...

Pejalan Kaki di Kota Manado masih terdiskriminasikan oleg pembangunan sarana ekonomi lainnya. Padahal masayarakat kota Manado adalah "Manusia" yang membuat kota ini menjadi baik atau tidak, bukan BANGUNAN-BANGUNANnya.

Ipul & Hendry juga saya, dan lain-lain adalah bagian dari masyarakat kota Manado, yang hanya bisa berjalan di malam dan tidak mampu berjalan di siang hari. Selain panas, kami tidak punya lahan atau pedestrian yang layak dilewati..trotaar yg gelap, banyak lubangnya...mungkin ada tukang palaknya.

Kalo siang hari...bener....bener panas Pul. Makanya tak heran, kota kita tak bisa dinikmati di siang hari. Kota kita panas mengesalkan...

Efek pulau panas terjadi di kota ini. Dan menurunkan produkstifitas masyarakatnya.

Kayaknya, Pul, kita mesti foto ini satu2 setiap pedestrian di kota Manado ini, biar kita bilang sama pemerintah kota..bahwa bukan saja alam yg kita jaga, tapi kepentingan manusia pun mesti diperhatikan.

So...bagimana? objek foto selnjutnya.."PEDESTRIAN DI KOTA MANADO". Minggu ini...kita abadikan kisahnya....

Anonymous said...

haiiii k'Ipul, hehehe.. kalo qta, qta suka jalan kaki. rencana ley mo + sepeda kalo lelah jalan, yah mentok mentok angkutan umum lah kalo udah nyerah, hahaha. sebelum menyalahkan pada polusi dan ketidak-okean infrastruktur, di mdo sto, dan sebagian kota kota di indonesia terutama di pesisir pantai, memang musti rela berpanas ria, mau tidak mau, lantaran iklim cuacanya ya begitu. qta nintau kalo di s'pore begimana ato di m'asia gimana, apakah sama ato ga. kalu sto qta jago gambar, mungkin abis bajalang di mdo, rehat sadiki, sambil coret² sdikit, sketsa usul pedestrian yg bagaimana bagusnya pada spot tertentu, tantu yg qta so pernah lewati. tentang bolong² dsb, itu bagian dari perawatan kota sto kang, entah dananya bagaimana. pohon peneduh aja kudu dirawat, yg baru ditanam musti rajin disiram kalo ga ya mati pohonnya, yg so meluas melebar kudu dipangkas, kalu nda bisa² pas ujan badai pohon tumbang di tengah jalan ato kena kabel listrik jadi bahaya, dan lagi lagi itu dana kota sto kang. hmmm mungkin menyayangkan kekurangan dalam skala besar (kota), tapi bukan berarti menghambat usaha pembangunan positif skala kecil dari sang idealis. mudah mudahan konsep yg jelas dengan desain yg jelas bisa teramu apik dalam usulan yg menggoda penentu kebijakan. penentu kebijakan kayaknya punya kepentingannya sendiri dan golongan juga. jika tidak bisa menggugah mereka dalam hal dana (wkwkwk), mungkin bisa menggugah mereka dalam hal pencitraan di mata masyarakat. bagaimana ramuan yg terbaik agar pedestrian dimenangkan dan penentu kebijakan merasa menang juga? jyah, banyak ngemeng nih gw, watau..
salam, cl@var.fr

Dani said...

Baru tau kota Manado itu asyik seperti itu.. 0_0
Pingin kesanaaa~ :3

Steviano said...

kita baru liat postingan ini, bos. kebetulan skali kt terpikirkan dari setahun lalu soal komunitas jalan kaki untuk sosialiasi kesadaran jalan kaki di kota kita. sama seperti komunitas fotografi, sepeda, motor, komunitas ini juga mendorong urban society untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor dan jalan kaki untuk jarak2 perjalanan yg tidak jauh. jika komunitas ini menyebar, ini akan mendorong pihak manajemen kota untuk memperbaiki jalur2 pedestrian di kota.

Unknown said...

Sampai skarang saya pejalan kaki sejati, kemana2 pake angkot termasuk antar anak ke sekolah, ngantor dan ke mall. Rute paling nyaman adalah rute rumah-mantos, selain dekat cukup rindang. Pedestrian plng nyaman di depan RS Siloam krn cukup rindang. Sayang pedestrian di Manado materialnya licin jika hujan, dan ketika jalan macet pedestrian jd jalan alternatif sepeda motor hamm...

Unknown said...

kita dapat merasakan roh sebuah kota dengan berjalan kaki
kita dapat meraancangkan sesuatu kota dengan berjalan kaki
kita dapat hidup sehat dengan berjalan kaki

namun untuk berjalan kita butuh nafas
dan untuk nafas satu orang, kita perlu oksigen yang dihasilkan oleh 2 pohon yang besar.

perhatikan pusat kota kita yang berfungsi sebagai CBD yang terdapat hanya banyaknya banguanan bangunan kebangaan para arsitektur. TKB yang dirancang sangat masif yang seharusnya dijadikan sebagai paru-paru kota. lain halnya ex RS Gunung Wenang yang rencananya dijadikan hutan kota kini berdiri hotel yang menjadi kebangaan warga Manado.
Saatnya kita menyadari peran kita masing-masing di Kota Manado. saya ingin mengutip kata kata seorang Arsitektur yang juga seorang perencana kota. Dia mengatakan "Perencanaan wilayah bukanlah sekedar harmonisasi warna, tetapi merupakan tanggungjawab keberlanjutan. Perancangan kawasan bukanlah sekedar komposisi garis dan bentuk, tetapi merupakan jawaban terhadap kebutuhan rasa aman & nyaman. Arsitektur bukanlah sekedar pewujudan fisik rencana dan desain, tetapi merupakan karya peradaban yang bermakna."
Makasih.... (sorry kalau ba bekeng diri tau) rencanakan kotamu sebelum terlambat

Anonymous said...

Membahas Pedestrian jangan hanya isu2 Paving, Linear, Pohon Peneduh, Pargola, Folie, Lubang dsb. Dari Tempoe Doeloe.... selalu isu itu... dan Tidak Pernah TERPECAHKAN. Komunitas Pejalan Kaki perlu lebih dari sekedar isu standar. Komunitas Eksekutif dan Legislatif perlu berpikir di luar standar. Arsitek perlu berpikir lebih Nakal lagi.
Isu2 apakah itu? Bagus for judul Tesis kang. :) wkwkwkwk.

Post a Comment