Banyak orang memiliki rencana besar tetapi tidak menjadi kenyataan. Alasannya adalah begitu banyak orang yang memiliki rencana besar tetapi gagal menepati janji-janji kecil mereka. -Robert T. Kiyosaki-Menjelang siang handphone ku berbunyi, tanpa nama tertera dilayar handphone, hanya nomer yang tidak saya kenali sebelumnya. Ternyata telefon dari Dee, seorang teman lama yang sekarang tinggal di luar negeri. Tanpa basa basi dia ingin membuat janji untuk ketemu dan membicarankan rencana bisnis yang akan dia kembangkan di Manado. Dia menghubungi saya karena membutuhkan jasa fotografi dalam membuat brosur bisnis yang ingin dia kembangkan. Kemudian kami menentukan waktu dan tempat untuk pertemuan. Dari nada bicaranya terdengar Dee sangat menghargai waktu, dalam pikiranku mungkin alam Eropa telah membuat Dee menjadi seorang yang sangat menghargai waktu. Dua jam sebelum waktu yang kami sepakati, Dee menyampaikan pesan lewat SMS untuk memastikan jam pertemuan (mungkin dia tau kalau saya dan sebagian penduduk di negeri ini suka ngaret :-) hehehehe… tapi kejadian ini menjadi momentum dan inspirasi bagi saya dalam menghargai waktu dan memandang janji.
Sampai dengan umurku sekarang ini, banyak kesalahan yang sudah saya lakukan dalam hidup. Terlebih dengan janji yang pernah terabaikan dimasa lalu, tapi saya pikir saya tidak boleh menjadi orang yang terpaku dengan penyesalan dan saya berusaha belajar banyak dari setiap kesalahan. Dalam pembicaraan di telephone tadi telah memberikan pelajaran yang penting buat saya dalam memandang janji. Karena janji merupakan sebuah tanggung jawab, sesuatu yang wajib ditepati, karena kalau tidak ditepati berarti saya termasuk dalam golongan orang yang munafik. Yah, janji merupakan serpihan-serpihan kecil dari sebuah komitmen.
Saat ini ada pengertian yang sangat dalam bagi saya tentang
janji. Janji dan komitmen itu bukan sekedar memenuhi apa yang telah kita
janjikan. Tapi memenuhi janji adalah sebuah pekerjaan sepenuh hati, sekuat
tenaga, sebuah kegiatan yang dipenuhi dengan nilai-nilai professionalisme,
memberikan lebih dari apa yang kita janjikan. Memenuhi janji dan komitmen tidak
bisa hanya dipenuhi dengan omongan saja, harus dari lubuk hati yang paling
dalam, agar seluruh semesta bekerja untuk kita dalam memberikan yang terbaik.
Janji dimata saya bukan memberi sejumlah yang saya janjikan, tapi janji adalah
standard minimal yang harus dipenuhi. Sungguh sangat berat rasanya ; bahkan
menyesakkan, ketika saya menyadari tidak mampu memenuhinya, sekalipun itu bukan
janji dan komitmen saya secara pribadi
Selama ini saya merasa bahwa saya adalah orang yang paling
banyak melanggar komitmen terhadap diri saya, teman, orang tua, keluarga, istri
dan anak juga kepada Allah, peri rasanya ketika membayangkan sudah berapa
banyak komitmen terhadap rekan kerja yang saya ingkari. Komitmen terhadap
client yang terabaikan. Komitmen terhadap Allah yang terlupakan oleh duniawi.
Lebih ngeri lagi jika membayangkan berapa kali saya mencoba melakukan
pembenaran dan menimpakan kesalahan pada orang lain atau apapun itu ketika saya
tidak mampu memenuhi janji tersebut.
Mereview perjalanan hidup ke belakang membuat saya semakin menyadari ternyata kehebatan saya dalam bermimpi tak sehebat kemampuan saya untuk menunda. Dan hari ini saya menyadari kalau waktu adalah komponen pembentuk hidup saya, jika saya menyia-nyiakan waktu itu berarti saya menyia-nyiakan kehidupan saya sendiri. Semoga Allah SWT selalu mengingatkan saya untuk tetap konsisten
atas setiap janji yang saya ucap dalam peran hidup yang akan saya jalani.
0 komentar:
Post a Comment