Bel sekolah adalah
sebuah panggilan untuk murid-murid sekolah tanda jam pelajaran akan dimulai,
Sirene di barak-barak tentara adalah panggilan kepada prajurit untuk berkumpul,
Azan di masjid adalah panggilan buat umat muslim untuk melaksanakan sholat berjamaah.
Bel sekolah, Sirene di
barak tentara, dan kumandang Azan di Masjid, semua itu adalah
panggilan, yah… panggilan kepada mereka yang merasa terpanggil. Murid yang
tidak merasa terpanggil tentunya tidak akan menghiraukan bunyi bel sekolah,
demikian juga sirene di barak tentara. Sama halnya dengan Azan di masjid, semerdu apapun kumandang Azan di Masjid, tentu tidak akan menggugah hati mereka yang tidak merasa terpanggil dan sudah tentu akan mengacuhkan panggilan itu. yah mungkin karena sedang asyik mengejar ambisi kehidupan duniawinya. Tapi bagi
mereka yang terpanggil semua itu adalah peringatan (baca: diingatkan) akan
suatu kewajiban yang mesti dijalani.
Kemarin aku diingatkan
kembali oleh Allah tentang “panggilan” lewat anak ku Azwa. Ceritanya dalam perjalanan
pulang sekolah bersama Azwa, aku mampir sebentar di depan sebuah toko di
bilangan jalan Sam Ratulangi karena bertemu seorang sobat lama. Sobat aku ini kalo menurut KTP-nya sih Islam, tapi kali ini perilakunya menunjukkan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang Islam di bulan Ramadhan seperti ini. Kami akrab bersalaman tangan dan ngobrol panjang lebar dibawah pohon yang rindang, mungkin karena sudah lama gak ketemu yah. :-) Saat kami asyik ngobrol, dari dalam mobil yang kaca jendelanya sengaja aku biarkan terbuka Azwa meminta uang seribu rupiah kepadaku, dan tanpa bertanya apa maksud dia
meminta uang itu aku bilang ke Azwa “Tadi pagi waktu ke sekolah kan sudah
papa kasih uang!” tentunya disertai dengan mata yang sedikit membelalak :-) Tak kehilangan
akal dia merogoh simpanan uang saku di tas sekolahnya, diambil uang kertas dua
ribuan yang ada kemudian diserahkannya kepada seorang anak kecil yang sedang mengais sampah di sebuah tempat sampah yang kebetulan
tidak jauh dari tempat aku memarkir kendaraan. ......Bruaaakkkkkk!!!! :-( Rasanya seperti
dihempaskan ke dalam bumi, saat aku melihat Azwa memberikan uang kertas tersebut kepada si anak yang sedang mengais sampah itu. Dengan perasaan Bangga bercampur malu, yang jelas manis asam asin deh yang ada
didalam batin ini :-) :-( :-) Seorang anak yang sedang mengais tempat sampah tadi telah
memanggil dan mengetuk jiwa humanisnya Azwa yang tentunya sebagai orang tua wajib aku pupuk dan pelihara.
Dari kejadian itu aku
menjadi malu pada diriku sendiri. Separah itukah ketidak pedulianku dengan
lingkungan? . Sudah barang tentu aku juga malu dengan cara berkomunikasiku yang
salah sebagai orang tua yang mungkin terlalu otoriter dalam mendidik
anak tanpa membangun komunikasi dua arah yang baik dengan anak, tentu dengan saling mendengarkan dan memahami maksud dan niatnya.
Setelah ngobrol
beberapa lama dengan teman laki-laki tadi, kami melanjutkan perjalanan untuk
kembali ke rumah. Tak berapa jauh kami berjalan akhirnya mengalun dengan indah
pertanyaan polos dari bibirnya, “Papa, teman papa tadi itu Islam yah?” Spontan
aku jawab “Iya... emang kenapa Nak?” Jawabanku langsung di berondong oleh Azwa
dengan pertanyaan berikutnya “Kok dia gak puasa? Kata papa, kalo orang sudah dewasa
sudah wajib puasa!” ohh… rupanya dia memperhatikan sobatku yang ngerokok saat "ngobrol" denganku tadi. :-) Astagfirullahaladhiim… jawaban seperti apa yang harus aku
jawab terhadap pertanyaan polos seorang anak kecil yang duduk dikelas 3 SD? Sementara aku juga
bukan seorang Ustad yang ahli tentang agama ini.
Setelah memutar otak
dan nyaris pingsan diberondong dengan pertanyaan, aku mencoba memberi pengertian
sederhana "bahwa puasa itu memang wajib, tetapi tidak semua manusia yang
diperintahkan puasa oleh Allah, juga tidak semua orang Islam dipanggil untuk
berpuasa oleh Allah, karena yang dipanggil oleh Allah untuk berpuasa hanyalah
orang-orang yang beriman, jadi hanya orang-orang yang terpanggil saja yang melaksanakan puasa". Sampai disitu penjelasanku langsung disambar dengan
pertanyaan berikutnya. “Jadi teman papa itu tidak beriman dunk?” :-( Gggrrrrrkkkkgggkk
jawaban apa yang akan ku beri ya Rabb'? Aku hanya bisa bilang "ohh teman papa
tadi mungkin belum terpanggil saja, jadi dia belum bisa puasa, tapi nanti dia
sendiri yang akan mempertanggung jawabkan perbuatannya kepada Allah. Ibarat
Azwa kalo di perintahkan buat PR sama guru tapi tidak dikerjakan tentu akan
mendapat hukuman kan?” kali ini aku bersyukur karena tidak ada gempa dasyat dengan
pertanyaan susulan. Semoga jawaban aku tadi bisa memberikan pengertian buat dia, sambil berucap dalam hati "ya Rab'bi, berikan hidayahMu kepada temanku" dan semoga dia termasuk orang-orang yang diberi petunjuk. Sambil terngiang-ngiang dikepala tentang firman Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah 2 : 183)
Sebuah pelajaran
memang tidak harus didapat dari orang yang lebih tua. Azwa telah mengajarkan
aku banyak hal untuk mulai berbuat dari diri sendiri, tanpa menunggu orang lain
berbuat, karena menunggu orang lain berbuat tidak akan berarti apa-apa. Terima
kasih ya Allah aku sudah diingatkan kali ini. Buat sobatku, tanpa maksud
menceramahi semoga tulisan ini bisa kamu baca dan mengambil pelajaran darinya, karena disini aku hanya ingin mengingatkan, aku pikir saling mengingatkan itu
harus sering-sering kita lakukan, ibarat
adzan yang selalu dikumandangkan. kenapa harus dikumandankan setiap waktu
sholat? bukankah kaum muslimin sudah tau kapan saja waktu-waktu sholat itu? Tetapi
kenapa harus diingatkan melalui kumandang adzan? mungkin karena ada hubungannya dengan sifat khilafnya seorang manusia atau mungkin karena banyak yang mendengar
tapi sedikit yang terpanggil, dari sedikit yang terpanggil sedikit pula yang
terpilih! :-)
4 komentar:
Subhanallah... saya mendapat pelajaran berharga setelah membaca tulisan ini akhi.!
panggilan...!!! satu kata yang sederhana ditulisan ini namun bisa memberi peringatan buat kita..!
thanks akhi, pengalamannya memberi ibrah buat saya.
salam buat ananda azwa.! semoga besar kelak menjadi muslimah sejati.
kunjungan balik sahabat..
ceritanya bagus sekali, cocok ini jadi penulis cerpen..hee...hee
terus berkarya sahabat..
Kalo udah gede semoga bisa jadi anak yang semakin membuat bangga orang tuanya ya..
Salam manis buat Azwa.
Amin... terima kasih atas semua doa-nya
Post a Comment