Menelusuri detak jantung mu yang bergemuruh
Memahami denyut nadi mu yang sepi
Kemanalagi melarikan mimpi, ketika hati terasa gersang
Tong sampah penuh catatan usang anak kecil bertema kemakmuran
Mungkin kita yang enggan mengerti menggali air mata yang tanpa arti
Sepertinya tembok bata mu terlalu angkuh
Ketika aku menelusuri lorong-lorong waktu mu yang sepi
Entah siapa yang teriak, tiba-tiba serentak semuanya bergejolak
Meski akhirnya cuma kamu yang setia menampung sampah segalah sumpah
Kucoba terima meski tetap diam, layakkah aku berharap?
Sekarang aku berada tepat dibawah kaki mu
Dan masih setia berada disamping mu
Untuk menampung sampah serapah manusia
Sampah yang bau, sampah yang kotor bahkan menjijikan.
Semoga hari esok masih menjadi milik kita
Karena malam ini lilin belum habis membakar diri
Ketika esok pagi kita terjaga lagi dari mimpi
Kita bangun lagi mimpi-mimpi baru...
Sembari menghancurkan mimpi yang kemarin belum habis kita tangisi
Kini, tong sampah kosong terpojok kalah menanti berkah
Ternyata banyak yang acuh tak acuh
Sambil berlalu membekap melahap sampah
Meninggalkan tong sampah yang hanya berisi janji
0 komentar:
Post a Comment